Masterpiece anak manusia: Terusan
Suez
Oleh: Hani Cahya Agustin
Dahulu
sebelum tahun 1869 tepatnya hari Senin 17 November, semua
pedagang atau pelaut dari daratan Eropa atau Amerika utara harus menempuh jarak
yang sangat jauh dan memakan waktu lama jika ingin menuju daratan Asia atau
Australia, begitupun sebaliknya.
Gb.1 perbandingan rute awal yang
harus ditempuh dengan sesudah adanya terusan suez
Namun, setelah seorang insinyur
Perancis yang bernama Ferdinand Vicomte de Lesseps yang menangani proyek
terusan suez ini selesai pada tahun 1869, para pedagang dan pelaut itu tidak
perlu lagi melakukan perjalanan memutari
perairan barat afrika menuju selatan benua itu hingga baru berbelok ke
arah timur untuk menuju Asia atau Australia. Terusan yang membentang hingga
193,3 km ini membuat kapal-kapal kargo
yang memuat segala barang pun bisa memangkas jarak perjalanan hingga 7.000 km
dengan melaluinya.
Walaupun ada beberapa sumber yang
mengatakan bahwa pembuatan terusan ini sudah dimulai pada masa Firaun Senusret
III tahun 1850 SM. Terusan sederhana ini dibuat untuk menghubungkan laut merah
dan sungai nil.
Gb.2 Ilustrasi pembukaan Terusan
Suez. tirto.id/Wikimedia Commons
Tetapi ternyata mega proyek ini tidak
terlalu berjalan mulus karena sebagai jalur perdagangan yang sangat penting,
terusan ini ‘memikat’ banyak pihak. Seperti saat Inggris yang mengkolonisasi Mesir pada awal 1880-an,
sehingga berkuasa juga atas Terusan Suez. Konvensi Konstantinopel tahun 1888
yang ditandatangani Inggris, Jerman, Austria-Hungaria, Spanyol, Perancis,
Italia, Belanda, Kerajaan Rusia, dan Kerajaan Utsmaniyyah menyatakan bahwa
Terusan Suez adalah kawasan netral, namun tetap di bawah pengawasan Inggris.
Namun penguasaan inggris terhadap
terusan ini mendapat perlawanan dari Presiden Mesir saat itu yaitu Gamal Abdul
Nasser yang ingin mengolonialisasi terusan suez dan mendapat dukungan dari
rakyat mesir sendiri.
Keputusan yang resmi diumumkan pada
26 Juli 1956 ini merupakan tindak lanjut dari gagasannya yaitu nasionalisme arab
yang mendapat kecaman dari inggris ditambah dengan ciri rezim yang makin
sosialis dan condong ke Uni Soviet, membuat Inggris dan AS melepas dana bantuan
pembangunan ke pemerintah Mesir untuk membangun Bendungan Aswan.
Puncaknya ketikan tentara Inggris, Perancis, dan Israel
menginvasi Mesir pada 29 Oktober 1956. Israel kebagian menganeksasi Semenanjung
Sinai, dan ditanggapi Mesir dengan aksi militer penuh. Inggris dan Perancis
turut membekingi dengan mengirimkan pasukan. Jika Israel bernafsu meluaskan
teritori negaranya, Inggris dan Perancis ingin menggulingkan Nasser sehingga
bisa kembali menguasai Terusan Suez.
Hingga pada akhirnya menteri luar negeri
Kanada Lester B. Pearson menilai perang tersebut akan membahayakan kepentingan
banyak pihak dan mengajak PBB meredakan stuasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar